Berpikir kritis, kreatif dan komprehensif Bab 6 kelas 10


Kompetensi dasar:

Mengalami proses pertumbuhan sebagai pribadi yang dewasa yang memiliki karakter yang kokoh dengan pola pikir yang komprehensif dalam segala aspek

 

Indikator:

1.      Memahami arti berpikir kritis, kreatif dan komprehensif

2.      Memahami pentingnya berpikir kritis, kreatif dan komprehensif

3.      Mengetahui cara-cara mengembangkan diri dalam berpikir kritis, kreatif dan komprehensif

 

Pengantar

Bab terdahulu siswa telah belajar mengenal berbagai pola pandang dunia yang ada saat ini. Untuk mengetahui mana pola pandang yang benar dalam artian sesuai dengan tolok ukur Alkitab, maka siswa perlu mengembangkan pola berpikir kritis, kreatif dan komprehensif. Dengan demikian, diharapkan siswa tidak mudah tergerus oleh arus jaman, sebaliknya mampu bersikap seperti Daniel, Yusuf, Yesus dll.

Berpikir adalah kemampuan meletakkan hubungan antara bagian-bagian pengetahuan. Dalam belajar, orang dihadapkan pada suatu masalah yang harus dipecahkan. Masalah harus dipecahkan melalui operasi mental, khususnya menggunakan konsep dan kaidah serta metode-metode  tertentu.  Belajar berpikir sangat diperlukan selama belajar di sekolah atau di perguruan tinggi.

Macam taraf berfikir yaitu : taraf berpikir pengetahuan (belajar reseptif/menerima), komprehensif Berpikir dalam konsep belajar pengertian), aplikasi (berpikir menerapkan), analisis dan sistesis (berpikir menguraikan dan menggabungkan), evaluasi (berpikir kreatif atau memecahkan masalah).

 

Memahami arti berpikir kritis, kreatif dan komprehensif

 

Berpikir kritis:

Berpikir kritis adalah proses mental untuk menganalisis atau mengevaluasi informasi. Informasi tersebut dapat didapatkan dari hasil pengamatan, pengalaman, akal sehat atau komunikasi.

Berpikir kritis mencakup ketrampilan menafsirkan dan menilai pengamatan, informasi, dan argumentasi. Berpikir kritis meliputi pemikiran dan penggunaan alasan yang logis, mencakup ketrampilan membandingkan, mengklasifikasi, melakukan pengurutan (sekuensi), menghubung-kan sebab dan akibat, mendeskripsikan pola, membuat analogi, menyusun rangkaian, memberi alasan secara deduktif dan induktif, peramalan, perencanaan, perumusan hipotesis, dan penyam-paian kritik. Berpikir kritis mencakup penentuan tentang makna dan kepentingan dari apa yang dilihat atau dinyatakan, penilaian argumen, pertimbangan apakah kesimpulan ditarik berda-sarkan bukti-bukti pendukung yang memadai.

Berpikir kritis tidak sama dengan berdebat atau mengkritisi orang lain. Kata “kritis” terhadap suatu argumen tidak identik dengan “ketidaksetujuan” terhadap suatu argumen atau pandangan orang lain. Penilaian kritis bisa saja dilakukan terhadap suatu argumen yang bagus, sebab pemikiran kritis bersifat netral dan tidak emosional.

Tentunya berpikir kritis tidak menjamin seseorang akan mencapai kesimpulan yang tepat. Hal-hal yang menghalanginya antara lain:

1.      tidak  memiliki seluruh informasi yang relevan. Informasi yang penting mungkin belum ditemukan atau informasi tersebut mungkin tidak akan dapat ditemukan.

2.      pemihakan (bias) dari seseorang dapat saja menghalangi pengumpulan dan penilaian informasi secara efektif.

Mengatasi Pemihakan (Bias)

Untuk mengurangi pemihakan, beberapa cara harus dilakukan jika seseorang ingin berpikir kritis. Jangan tanyakan “Bagaimana hal ini bertentangan dengan pendapat saya?”, tapi tanyakanlah “Apa artinya ini?”

1)      Jangan lakukan penilaian terlalu dini pada tahap pengumpulan informasi

2)      Anda harus sadar terhadap kekurangan anda sendiri dan orang lain dengan cara:

a)       menerima bahwa setiap orang memiliki pemihakan di bawah sadar (pemihakan secara refleks)

b)       bersikap tanpa ego

c)       jangan terlebih dahulu mempunyai pendapat awal

d)       sadar bahwa setiap orang memiliki kelemahan masing-masing

3)      Gunakan metoda sokrates untuk mengevaluasi sebuah argumen dengan menanyakan pertanyaan terbuka. Sebagai contoh adalah:

a)       Apa yang anda maksud dengan __________?

b)       Bagaimana anda dapat berkesimpulan begitu?

c)       Mengapa anda berpendapat bahwa itu adalah benar?

d)       Dimana anda mendapatkan informasi tersebut?

e)       Apa yang terjadi jika anda ternyata salah?

f)        Dapatkah anda memberikan dua buah sumber yang tidak setuju dengan anda dan jelaskan mengapa?

g)       Mengapa hal ini penting?

h)       Bagaimana saya dapat mengetahui bahwa anda mengatakan yang sebenarnya?

i)         Apa penjelasan alternatif dari fenomena ini?

3.      Berkesimpulan.

Janganlah membuat asumsi secara berlebihan, dengan kata lain: jangan memperumit masalah anda. Berpikir kritis adalah sebuah proses yang tidak akan selesai. Seseorang dapat mencapai sebuah kesimpulan tentatif berdasarkan evaluasi dari informasi yang ada. Tetapi, jika ada informasi baru yang ditemukan maka proses evaluasi harus dijalankan kembali.

Pendidikan di Indonesia tidak mengedepankan faktor berpikir kritis ini, padahal ini adalah sesuatu yang sangat penting. Pendidikan ini jauh lebih penting daripada sekadar membandingkan ‘kapasitas otak’ atau kemampuan menghafal dari siswa-siswi sekolah.

 

Seorang yang berpikir kritis akan mengkaji ulang apakah keyakinan dan pengetahuan yang dimiliki atau dikemukakan orang lain logis atau tidak. Demikian juga seorang yang berpikir kritis tidak akan menelan begitu saja kesimpulan-kesimpulan atau hipotesis yang dikemukakan dirinya sendiri atau orang lain.

 

Seorang pemikir kritis memiliki sejumlah karakteristik sebagai berikut:

1. Mengemukakan pertanyaan-pertanyaan dan masalah penting, merumuskannya dengan jelas dan teliti

2. Memunculkan ide-ide baru yang berguna dan relevan untuk melakukan tugas. Pemikiran kritis memiliki peran penting untuk menilai manfaat ide-ide baru, memilih ide-ide yang terbaik, atau memodifikasi ide-ide jika perlu

3. Mengumpulkan dan menilai informasi-informasi yang relevan, dengan menggunakan gagasan abstrak untuk menafsirkannya dengan efektif

4. Menarik kesimpulan dan solusi dengan alasan yang kuat, bukti yang kuat, dan mengujinya dengan menggunakan kriteria dan standar yang relevan

5. Berpikir terbuka dengan menggunakan berbagai alternatif sistem pemikiran, sembari mengenali, menilai, dan mencari hubungan-hubungan antara semua asumsi, implikasi, akibat-akibat praktis

6. Mampu mengatasi kebingungan, mampu membedakan antara fakta, teori, opini, dan keyakinan

7. Mengkomunikasikan dengan efektif kepada orang lain dalam upaya menemukan solusi atas masalah-masalah kompleks, tanpa terpengaruh oleh pemikiran orang lain tentang topik yang bersangkutan

8. Jujur terhadap diri sendiri, menolak manipulasi, memegang kredibilitas dan integritas ilmiah, dan secara intelektual independen, imparsial, netral

 

Mengembangkan sifat berpikir kritis

Salah satu cara yang penting untuk mengembangkan sifat-sifat berpikir kritis adalah mempelajari seni untuk menunda penarikan kesimpulan argumen. Caranya adalah menerapkan orientasi persepsi ketimbang menarik kesimpulan final terlalu dini. Sebagai contoh, ketika membaca sebuah novel, menonton film, mengikuti diskusi atau dialog, hindari kecenderungan untuk menghakimi atau menarik kesimpulan tetap.

Untuk melatih berpikir kritis, seorang perlu menyadari dan menghindari adanya kecenderungan untuk melakukan kesalahan-kesalahan yang menyebabkan orang tidak berpikir kritis, antara lain sebagai berikut:

1. Dalam suatu argumen terlalu mengeneralisasi posisi atau keadaan. Sebagai contoh, dalam suatu argumen terdapat kecenderungan untuk mengira semua orang tahu, padahal tidak setiap orang tahu. Demikian juga mengira semua orang tidak tahu, padahal ada orang yang tahu. Pemikir kritis berhati-hati dalam menggunakan kata “semua”, atau “setiap”. Lebih aman menggunakan kata “sebagian besar”, atau “beberapa”.

2. Menyangka bahwa setiap orang memiliki bias (keberpihakan) di bawah sadar, lalu mempertanyakan pemikiran refleksif yang dilakukan orang lain. Pemikir kritis harus bersedia untuk menerima kebenaran rgument orang lain. Perdebatan tentang rgument bisa saja menarik, tetapi tidak selalu berarti bahwa rgument sendiri benar.

3. Mengadopsi pendapat yang ego-sensitif. Nilai-nilai, emosi, keinginan, dan pengalaman seorang mempengaruhi keyakinan dan kemampuan orang untuk memiliki pemikiran yang terbuka. Pemikir kritis harus menying-kirkan kesalahan ini dan mempertimbangkan untuk menerima informasi dari luar

4. Mengingat kembali keyakinan lama yang dipercaya dengan kuat tetapi sekarang dittolak

5. Kecenderungan untuk berpikir kelompok, suatu keadaan di mana keyakinan seorang dibentuk oleh pemikiran orang-orang diseki-tarnya ketimbang apa yang ia sendiri alami atau saksikan

 

Berpikir kreatif:

 

Definisi kreativitas tergantung pada segi penekanannya, kreativitas dapat didefinisikan kedalam empat jenis dimensi sebagai Four P’s Creativity, yaitu dimensi Person,Proses, Press dan Product sebagai berikut :

1. Definisi kreativitas yang berfokus pada segi pribadi.

Definisi pada dimensi person adalah upaya mendefinisikan kreativitas yang berfokus pada individu atau person dari individu yang dapat disebut kreatif.

Guilford, 1950 dalam Reni Akbar-Hawadi dkk, 2001, menerangkan bahwa kreativitas merupakan kemampuan atau kecakapan yang ada dalam diri seseorang, hal ini erat kaitannya dengan bakat. Sedangkan Hulbeck, 1945 dikutip Utami Munandar, 1999, menerangkan bahwa tindakan kreatif muncul dari keunikan keseluruhan kepribadian dalam interaksi dengan lingkungannya.

2.      Kreativitas dalam dimensi Process
Definisi pada dimensi proses upaya mendefinisikan kreativitas yang berfokus pada proses berpikir sehingga memunculkan ide-ide unik atau kreatif. Utami Munandar menerangkan bahwa kreativitas adalah sebuah proses atau kemampuan yang mencerminkan kelancaran, keluwesan (fleksibititas), dan orisinalitas dalam berpikir, serta kemampuan untuk mengelaborasi (mengembangkan, memperkaya, memperinci), suatu gagasan. Pada definisi ini lebih menekankan pada aspek proses perubahan (inovasi dan variasi).

Wallas (1976) dalam Reni Akbar-Hawadi dkk, 2001 mengemukakan empat tahap dalam proses kreatif yaitu :
Tahap Persiapan; adalah tahap pengumpulan informasi atau data sebagai bahan untuk memecahkan masalah. Dalam tahap ini terjadi percobaan-percobaan atas dasar berbagai pemikiran kemungkinan pemecahan masalah yang dialami.
Inkubasi; adalah tahap dieraminya proses pemecahan masalah dalam alam prasadar. Tahap ini berlangsung dalan waktu yang tidak menentu, bisa lama (berhari-hari, berbulan-bulan, bertahun-tahun), dan bisa juga hanya sebentar (hanya beberapa jam, menit bahkan detik). Dalam tahap ini ada kemungkinan terjadi proses pelupaan terhadap konteksnya, dan akan teringat kembali pada akhir tahap pengeraman dan munculnya tahap berikutnya.
Tahap Iluminasi; adalah tahap munculnya inspirasi atau gagasan-gagasan untuk memecahkan masalah. Dalam tahap ini muncul bentuk-bentuk cetusan spontan, seperti dilukiskan oleh Kohler dengan kata-kata now, I see itu yang kurang lebihnya berarti “oh ya”.
Tahap Verifikasi; adalah tahap munculnya aktivitas evaluasi tarhadap gagasan secara kritis, yang sudah mulai dicocokkan dengan keadaan nyata atau kondisi realita.

Dari dua pendapat ahli diatas memandang kreativitas sebagai sebuah proses yang terjadi didalam otak manusia dalam menemukan dan mengembangkan sebuah gagasan baru yang lebih inovatif dan variatif (divergensi berpikir).

3.      Definisi Kreativitas dalam dimensi Press

menekankan faktor press atau dorongan, baik dorongan internal diri sendiri berupa keinginan dan hasrat untuk mencipta atau bersibuk diri secara kreatif, maupun dorongan eksternal dari lingkungan sosial dan psikologis. Definisi Simpson (1982) dalam S. C. U. Munandar 1999, merujuk pada aspek dorongan internal dengan rumusannya sebagai berikut :

Mengenai “press” dari lingkungan, ada lingkungan yang menghargai imajinasi dan fantasi, dan menekankan kreativitas serta inovasi. Kreativitas juga kurang berkembang dalam kebudayaan yang terlalu menekankan tradisi, dan kurang terbukanya terhadap perubahan atau perkembangan baru.

4.      Definisi Kreativitas dalam dimensi Product mendefinisikan kreativitas yang berfokus pada produk atau apa yang dihasilkan oleh individu baik sesuatu yang baru/original atau sebuah elaborasi/penggabungan yang inovatif. Definisi yang berfokus pada produk kreatif menekankan pada orisinalitas, seperti yang dikemukakan oleh Baron (1969) yang menyatakan bahwa kreatifitas adalah kemampuan untuk menghasilkan/menciptakan sesuatu yang baru. Begitu pula menurut Haefele (1962) dalam Munandar, 1999; yang menyatakan kreativitas adalah kemampuan untuk membuat kombinasi-kombinasi baru yang mempunyai makna sosial. Dari dua definisi ini maka kreatifitas tidak hanya membuat sesuatu yang baru tetapi mungkin saja kombinasi dari sesuatu yang sudah ada sebelumnya.

Dari berbagai pengertian yang dikemukakan oleh para ahli untuk menjelaskan makna dari kreativitas yang dikaji dari empat dimensi yang memberikan definisi saling melengkapi. Untuk itu kita dapat membuat berbagai kesimpulan mengenai definisi tentang kreativitas dengan acuan beberapa pendapat yang dikemukakan oleh para ahli.
Dari beberapa uraian mengenai definisi kreativitas yang dikemukakan diatas peneliti menyimpulkan bahwa :
“Kreativitas adalah proses konstruksi ide yang orisinil (asli), bermanfaat, variatif (bernilai seni) dan inovatif (berbeda/lebih baik)”.

 

Berpikir komprehensif:

Berpikir komprehensif berlawanan dengan berpikir parsial. Berpikir komprehensif adalah berpikir secara menyeluruh, mempertimbangkan berbagai aspek dan dari berbagai sudut pandang.

 

Studi kasus:

 

Gio adalah seorang anak remaja, bersekolah di SMU Citra Unggul. Cukup beruntung ia bisa menikmati pendidikan di sekolah tersebut. Orang tua Gio mau berjerih payah bekerja untuk biaya pendidikannya. Tetapi, seperti banyak remaja masa kini, Gio mengalami masalah keengganan dalam belajar. Ia hanya belajar jika besok ada ulangan.  Itupun karena ada teman yang mengingatkannya. Aktifitas sehari-hari yang ia lakukan setelah pulang sekolah adalah duduk berjam-jam di depan komputer bermain game online, facebook, twitter, chatting, atau pergi bersama dengan teman-temannya. Asyik dengan dunianya sendiri, Gio sering tidur larut malam, sehingga di sekolah ia sering mengantuk. Orang tua dan guru sudah sering mengingatkan dan memberikan teguran, tetapi ia merasa bahwa selama ini ia sudah melakukan hal yang benar. Bagaimana pendapatmu tentang Gio? Menurutmu, dengan cara hidup yang demikian, apakah ia akan berhasil di masa mendatang? Apa saja untung rugi yang dialaminya? Siapa saja yang diuntungkan dan dirugikan oleh kebiasaan hidupnya?

Dari studi kasus ini, apa yang kamu dapatkan mengenai cara berpikir komprehensif? Studi kasus ini hanya merupakan salah satu contoh kasus kehidupan yang sering kamu hadapi, masih banyak kasus-kasus lain yang mungkin bermunculan dalam kehidupanmu. Berpikir kreatif, kritis dan komprehensif bukan sesuatu yang bersifat instant, tetapi memerlukan latihan. Mulailah belajar berpikir secara demikian ketika kamu menghadapi suatu masalah, agar kamu bertumbuh menjadi manusia yang semakin dewasa dalam pola pikir.

 

 

Berikut ini adalah contoh beberapa tokoh Alkitab dalam menghadapi permasalahan mereka. Tinjaulah cara berpikir mereka

 

1. Hawa ketika bertemu dengan ular (Kej 3: 1-6) ……………………………………….

2. Dua belas pengintai (Bil 13:17-20, 27-31) ……………………………………………

3. Ayub (Ayub 2:9-10; 3: 25-26) …………………………………………………………

4. Daniel (Dan 1:5-8) …………………………………………………………………….

5. Yusuf (Mat 1:18-20) …………………………………………………………………..

6. Pilatus (Mat 27:23-26) …………………………………………………………………

7. Salomo (1Raj 3:23-27) …………………………………………………………………

 

Hal-hal apa yang bisa menghalangi seseorang berpikir kreatif, kritis dan komprehensif?

…………………………………………………………………………………..

…………………………………………………………………………………..

…………………………………………………………………………………..

…………………………………………………………………………………..

…………………………………………………………………………………..

…………………………………………………………………………………..

Pos ini dipublikasikan di Bahan PAK tingkat SMU. Tandai permalink.

Tinggalkan komentar